Makalah Penalaran dalam Karangan


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2.      Bagaimana unsur dalam penalaran didalam karangan ?
3.      Apa ciri-ciri dari penalaran ?
4.      Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif  ?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui hakikat penalaran karangan.
2.      Mengetahui unsur dalam penalaran didalam karangan.
3.      Mengetahui ciri-ciri dari penalaran
4.      Mengetahui maksud penalaran induktif dan deduktif.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penalaran

penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Sebuah penalaran terdiri atas premis dan kesimpulan. Premis (antesedens) adalah proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan, dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).  (Ai Kokoy Koyyimah, 2016)
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). (Ziulfa, 2016)
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan  indera  (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlahproposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkansebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar .  Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.Pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. (Sari, 2015)
Jadi dapat disimpulkan Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

B.     Unsur Penalaran

Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1.      Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2.      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3.      Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a.       Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b.      Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c.       Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d.      Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.
e.       Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
f.        Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g.      Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h.      Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4.      Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5.      Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6.      Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.      Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.      Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9.      Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10.  Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11.  Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12.  Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi. (Hariez Fadhilah, 2013)

C.    Ciri-Ciri penalaran

1.      Dilakukan dengan sadar
2.      Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3.      Sistematis
4.      Terarah, bertujuan
5.      Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6.      Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
7.      Pola pemikiran tertentu
8.      Sifat empiris rasional (Ai Kokoy Koyyimah, 2016)

D.    Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian, konteks penalaran deduksi tersebut konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya (proposisi tempat menarik kesimpulan). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus.karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengermbangannya maupun uraian isinya.(Widjono,2012) dalam (Sari, 2015)
a.      Menarik simpulan secara langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan ).
b.      Menarik simpulan secara tidak langsung
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh Silogisme Kategorial :
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
Premis umum : premis mayor ( My )
Premis khusus : premis minor ( Mn )
Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Contoh silogisme kategorial :
My : Semua mahasiswa Universitas Mulawarman memiliki KTM.
Mn : Aini Fatimah adalah mahasiswa Universitas Mulawarman.
K : Aini Fatimah memiliki KTM.
1.      Ciri-ciri Paragraf Deduktif
1)      Kalimat utama berada di awal paragraf.
2)      Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.


2.      Urutan Logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat, proses, kepentingan, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh paragraf dalam urutan tersebut.
1)      Urutan Peristiwa (Kronologis), Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut :
Cara pertama : urutan kronologis secara alami
      Peristiwa 1,
      Peristiwa 2,
      Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua : urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).
1)      peristiwa terakhir
peristiwa pertama
2)      peristiwa kedua
peristiwa ketiga
3)      peristiwa terakhir
(1) peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback, (3) kembali per-istiwa terakhir dan melanjutkan cerita.
2)      Urutan Ruang , Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan :
            di sana, di sini, di situ,                                   berhadapan,
            di, pada                                                           bertolak belakang dengan,
            di bawah, di atas,                                            berseberangan,
            di tengah,                                                        melalui, belok kanan
            di utara, di selatan,                                          belok kiri, ke depan
            di depan, di muka                                           ke atas, ke sampiung,
            di belakang                                                      di sisi, di seberang,
            di kiri, di kanan,                                              di hadapan,
            di luar, di dalam,                                             di persimpangan,
3)      Urutan Alur Penalaran, Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah di bicarakan pada bagian terdahulu. Urutan ini menghasikan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu, pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan.
4)      Urutan Kepentingan, Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasannya yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
3.      Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum  Premis Mayor (My)
Premis khusus Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.


Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
4.      Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditionalhipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
5.      Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:            
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada diBogor.
6.      Entimen
            Entimen adalah silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Entimen:  Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C  = Ali ; ia
B  = tidak mau menerima suap
A   = pegawai yang baik
Rumus :
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan menjadi silogisme
Contoh :
Entimen :  Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
Penjelasan :
C  : Badu
B  : harus bekerja keras
A  : orang yang ingin sukses

E.     Penalaran Induktif

Penalaran merupakan pemiikiran, logika, pemahaman.  Penalaran adalah proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan.  Penalaran berlawanan dengan pancaindera karena, nalar didapat dengan cara berpikir sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran. Induktif merupakan hal yang dari khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang umum.Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum. (Sari, 2015)
Contoh penalaran induktif :
kucing berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Pada Penalaran Induktif terdapat beberapa bentuk.
1.      Generalisasi 
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan.
Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajahtampan.
Macam-macam generalisasi :
1)      Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2)      Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
2.      Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang hanya mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dua jenis yaitu pria dan wanita; dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak uasia sekolah, SD,SMP,dan SMU, orang dewasa dan manula.(menurut: widjono,2012)
Klasifikasi merupakan suatu cara pengembangan paragraf melalui pengfelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ungkapan byang biasa dijumpai yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, mengklasifikasikan.(
3.      Hipotesa dan Teori Analogi
Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) dalam (Sari, 2015) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceterisparibus) :
Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungandemi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digaris bawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
4.      Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
a.      Jenis-jenis Analogi:
1)      Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2)      Analogi deklaratif, merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
5.      Hubungan Kausalitas
Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1)      Sebab- akibat.
Contoh:
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2)      Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3)      Akibat – Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.



6.      Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisiditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
1)      Menentukan topik/tema
2)      Menetapkan tujuan
3)      Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4)      Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5)      Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari hasil makalah tentang penalaran dan jenis-jenisnya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak sekali yang dapat kita pelajari dari penalaran tersebut.  Bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkaitan,   Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran dan menghindari kesesatan.

B.     Saran

Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Ai Kokoy Koyyimah. (2016). Berbagi Ilmu dan Pengalaman. Blogger 20 Desember 2016. http://aikoyyimahberbagiilmu.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-penalaran.html
Hariez Fadhilah. (2013). Penalaran Karangan. Blogger 4 Desember 2013. http://hariezfadhilah.blogspot.com/2013/12/penalaran-karangan.html
Sari, I. P. (2015). Penalaran Karangan Indah. Blogger 14 Desember 2015. http://fkipmtka3.blogspot.com/2015/12/penalaran-karangan-indah.html
Ziulfa. (2016). Aspek Penalaran dalam Karangan. Wordpress 16 Maret 2016. https://zulfaworld.wordpress.com/2016/03/20/aspek-penalaran-dalam-karangan/


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS Dasar-Dasar Menulis

Kuis Dasar-Dasar Menulis