Makalah Penalaran dalam Karangan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar.
Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai
fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama
dalam keadaan jaga (tidak
tidur), kita selalu berfikir.
Menulis merupakan kegiatan
mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar
sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali,
terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang
lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan
berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah
dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses
berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan
uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses
berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti
penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan
atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam
karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan
pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2. Bagaimana unsur dalam penalaran didalam karangan ?
3. Apa ciri-ciri dari penalaran ?
4. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
hakikat penalaran karangan.
2. Mengetahui unsur dalam penalaran
didalam karangan.
3. Mengetahui ciri-ciri dari penalaran
4. Mengetahui
maksud penalaran induktif dan deduktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penalaran
penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan
berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses
berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Sebuah penalaran
terdiri atas premis dan kesimpulan. Premis (antesedens) adalah proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan, dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). (Ai Kokoy
Koyyimah, 2016)
Penalaran (reasioning) adalah suatu
proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju
suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang
sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan
itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli
(otoritas). (Ziulfa, 2016)
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlahproposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkansebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar . Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang
abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen.Pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita)
dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis. (Sari, 2015)
Jadi dapat disimpulkan Penalaran
karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta
yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
B.
Unsur Penalaran
Berikut ialah merupakan unsur
penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1.
Topik
yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2.
Dasar
pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3.
Proposisi
mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a.
Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat
memanfaatkan potensinya.
b.
Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar
atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c.
Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d.
Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Misalnya: X akan menikahi Y.
e.
Proposisi
positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Misalnya: Semua hewan akan mati.
f.
Proposisi
positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g.
Proposisi
negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya:
Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h.
Proposisi
negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya:
Sebagian orang hidup menderita.
4.
Proses
berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah
menuju suatu kesimpulan.
5.
Logika
yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi
(pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6.
Sistematika
yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke
dalam suatu kesatuan.
7.
Permasalahan
yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.
Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan
dianalisis.
9.
Analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa
proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis
induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil
pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi. (Hariez Fadhilah, 2013)
C.
Ciri-Ciri penalaran
1.
Dilakukan dengan sadar
2.
Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3.
Sistematis
4.
Terarah, bertujuan
5.
Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan,
keputusan atau sikap yang baru
6.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan,
bahkan teori yang telah diperoleh
7.
Pola pemikiran tertentu
8.
Sifat empiris rasional (Ai Kokoy Koyyimah, 2016)
D.
Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa umum yang
kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang
gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan
demikian, konteks penalaran deduksi tersebut konsep dan teori merupakan kata
kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya
(proposisi tempat menarik kesimpulan). Artinya, jika premisnya salah, mungkin
akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan
secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan
tidak langsung.
Penalaran
deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus.karangan deduktif
mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengermbangannya maupun uraian isinya.(Widjono,2012) dalam (Sari, 2015)
a.
Menarik simpulan secara langsung
Penarikan secara langsung
ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
Semua ikan bernafas
melalui insang. ( premis )
Semua yang bernafas
melalui insang adalah ikan. ( simpulan ).
b.
Menarik
simpulan secara tidak langsung
Penarikan ini ditarik
dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan
yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh Silogisme
Kategorial :
Silogisme kategorial
adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
Premis umum : premis
mayor ( My )
Premis khusus : premis
minor ( Mn )
Premis simpulan : premis
kesimpulan ( K )
Contoh silogisme
kategorial :
My : Semua mahasiswa
Universitas Mulawarman memiliki KTM.
Mn : Aini Fatimah adalah
mahasiswa Universitas Mulawarman.
K : Aini Fatimah memiliki
KTM.
1.
Ciri-ciri Paragraf Deduktif
1)
Kalimat
utama berada di awal paragraf.
2)
Kalimat
disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
2.
Urutan Logis
Karangan
disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis,
sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan
peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat, proses,
kepentingan, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh paragraf dalam urutan
tersebut.
1) Urutan Peristiwa (Kronologis), Karangan dengan
urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan berdasarkan
urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu,
peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola
sebagai berikut :
Cara
pertama : urutan kronologis secara alami
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan
seterusnya
Cara kedua
: urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).
1)
peristiwa
terakhir
peristiwa pertama
2)
peristiwa
kedua
peristiwa ketiga
3)
peristiwa terakhir
(1) peristiwa terakhir,
(2) peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback, (3) kembali per-istiwa
terakhir dan melanjutkan cerita.
2) Urutan Ruang , Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan
urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan :
di
sana, di sini, di
situ, berhadapan,
di,
pada bertolak
belakang dengan,
di
bawah, di
atas, berseberangan,
di
tengah, melalui,
belok kanan
di
utara, di
selatan, belok
kiri, ke depan
di
depan, di
muka ke
atas, ke sampiung,
di
belakang di
sisi, di seberang,
di
kiri, di
kanan, di
hadapan,
di
luar, di
dalam, di
persimpangan,
3) Urutan Alur Penalaran, Berdasarkan
alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus
dan khusus-umum. Urutan ini telah di bicarakan pada bagian terdahulu. Urutan
ini menghasikan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang
terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya
ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara
menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama
pada paragraf-paragraf itu, pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan.
4) Urutan Kepentingan, Suatu
karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasannya
yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang penting sampai
kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
3.
Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis
umum Premis Mayor (My)
Premis
khusus Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat
subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan
disebut term minor.
Contoh
silogisme Kategorial:
My : Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu
adalah mahasiswa
K : Badu
lulusan SLTA
4.
Silogisme Hipotesis
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditionalhipotesis.Konditional
hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika
tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air
tidak ada.
K : Jadi,
Manusia akan kehausan.
5.
Silogisme Alternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
My : Nenek
Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek
Sumi berada di Bandung.
K : Jadi,
Nenek Sumi tidak berada diBogor.
6.
Entimen
Entimen
adalah silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Entimen: Ali
tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C =
Ali ; ia
B =
tidak mau menerima suap
A =
pegawai yang baik
Rumus :
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme
yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan menjadi silogisme
Contoh :
Entimen : Badu
harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
Penjelasan :
C : Badu
B : harus
bekerja keras
A : orang yang
ingin sukses
E.
Penalaran Induktif
Penalaran
merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah proses berpikir
yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran
berlawanan dengan pancaindera karena, nalar didapat dengan cara berpikir
sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran. Induktif merupakan hal yang dari
khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir
melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang
umum.Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang
khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan
suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum. (Sari, 2015)
Contoh penalaran induktif
:
kucing
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kelinci
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Panda
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan
yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Pada Penalaran Induktif
terdapat beberapa bentuk.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah
proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika
Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
Raffi
Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi:
Semua bintang film berwajah tampan.
Pernyataan
“semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas
karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Sapri juga
bintang iklan, tetapi tidak berwajahtampan.
Macam-macam
generalisasi :
1) Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
2) Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang
memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila
melalui prosedur pengujian yang benar.
2. Klasifikasi
Klasifikasi
adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang hanya
mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dua jenis
yaitu pria dan wanita; dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek
menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak uasia sekolah, SD,SMP,dan
SMU, orang dewasa dan manula.(menurut:
widjono,2012)
Klasifikasi
merupakan suatu cara pengembangan paragraf melalui pengfelompokan berdasarkan
ciri-ciri tertentu. Ungkapan byang biasa dijumpai yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi
menjadi, mengklasifikasikan.(
3. Hipotesa dan Teori Analogi
Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“)
adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk
menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta
tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut.
Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat
sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi
& Davoodi (1998) dalam
(Sari, 2015) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi
dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceterisparibus) :
Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan
tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran
untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi
kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari
proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan
investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik
tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua:
tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal
ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak
yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak.
Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya
pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang
diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan
proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan
hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungandemi
kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi
terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas
investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa
dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat,
namun perlu digaris bawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan
kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat,
bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada
kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana
pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak
memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan
produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
4. Analogi
Analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.Analogi dilakukan
karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan
fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang
abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang
dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk
menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat
menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang
rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola
maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
a.
Jenis-jenis Analogi:
1) Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan
persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa
yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi
induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena
berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika
berlatih setiap hari.
2) Analogi deklaratif, merupakan metode untuk menjelaskan
atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu
yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita
ketahui atau kita percayai.
contoh
analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik
diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana
manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara
akal dan hati.
5. Hubungan Kausalitas
Hubungan
kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang
sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh
kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu
atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima
tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal
merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak
diliputi keraguan apapun.
Macam
hubungan kausal :
1) Sebab- akibat.
Contoh:
Penebangan
liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2) Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri
juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3) Akibat – Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni
beranggapan adanya korban kecelakaan.
6. Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang
eksposisiditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja.
Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah
menyusun eksposisi:
1) Menentukan topik/tema
2) Menetapkan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang
dipilih
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil makalah tentang
penalaran dan jenis-jenisnya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak
sekali yang dapat kita pelajari dari penalaran tersebut. Bentuk
pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkaitan,
Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika
sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran dan
menghindari kesesatan.
B.
Saran
Semoga dengan adanya makalah
ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat
kekhilafan dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah
ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Kokoy Koyyimah. (2016). Berbagi Ilmu dan Pengalaman.
Blogger 20 Desember 2016.
http://aikoyyimahberbagiilmu.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-penalaran.html
Hariez Fadhilah. (2013). Penalaran Karangan. Blogger 4
Desember 2013.
http://hariezfadhilah.blogspot.com/2013/12/penalaran-karangan.html
Sari, I. P. (2015). Penalaran Karangan Indah. Blogger
14 Desember 2015.
http://fkipmtka3.blogspot.com/2015/12/penalaran-karangan-indah.html
Ziulfa. (2016). Aspek Penalaran dalam Karangan.
Wordpress 16 Maret 2016.
https://zulfaworld.wordpress.com/2016/03/20/aspek-penalaran-dalam-karangan/
lanjut ngeblognya teh,
BalasHapussalam ti palih kidul, hehe